Oct 2020
Mortalitas Anak Anjing Berhubungan Dengan Canine Herpes Virus
Canine Herpesvirus (CHV), adalah virus DNA herpesvirus yang sering berasosiasi dengan tingkat mortalitas tinggi anak anjing.
Apa itu Canine Herpesvirus?
​
Canine Herpervirus (CHV) merupakan herpesvirus yang sensitive terhadap kebanyakan desinfektan (eter dan kloroform). Virus ini rentan di lingkungan, sehingga kontak langsung diperlukan untuk transmisi. Transmisi biasanya terjadi pada individu rentan, dengan anjing terinfeksi yang melepaskan virus melalui sekresi oral, nasal, dan vaginal. Hewan terinfeksi yang cukup baik imunitasnya, umumnya tanpa gejala (subklinis), namun melepas (shedding) virus dari sekretnya.
Faktor Risiko
​
Hewan rentan terkategori pada mereka yang sakit, malnutrisi, induk bunting, dan anak baru lahir. Resiko yang diperoleh adalah infeksi akut, yang juga dapat ditransmisikan secara in utero, pada janin atau anakan. Hal ini menghasilkan ciri khas abortus, stillbirth, dan kematian mendadak anak anjing. Namun, pada betina bunting yang pernah terinfeksi, tidak akan mentransmisikan infeksi.
​
Tanda Klinis
​
CHV biasanya menginfeksi anjing berumur 1-4 minggu hingga 3 bulan, dan jarang pada umur 6 bulan. Gejala dapat terlihat atau tidak, dengan onset tiba-tiba dalam 24 jam. Jika terdapat gejala klinis, maka letargi, diare, nasal-ocular discharge, conjunctivitis, edema korneal, erythematous rash, vaginitis-phostitis langka, dan lepuhan-lepuhan oral, dengan atau tanpa demam.
Pnumonia secara radiograf terlihat pola interstisial pattern yang khas pada kebanyakan viral pneumonia. Perbedaan kontras pada penyakit viral lain adalah leukositosis dapat terjadi. Sindrom “kennel cough” dapat meliputi CHV pada kebanyakan anjing. Rhinitis hingga vaginitis dan phostitis umum disertai lepuhan vesicular.
​
Pada anjing berumur 1-4 minggu, penyakit ini sangat mematikan, karena mereka belum memiliki sifat antibodi yang berkembang dan adaptif terhadap infeksi alami. Anak anjing bisa terinfeksi selama masa perkembangan janin dalam kandungan akibat induk terinfeksi trimester akhir, selama masa kelahiran, atau paparan langsung virus dilingkungan pada minggu-minggu pertama kehidupan.
Kasus pada anjing 8 minggu hingga 12 minggu jarang terjadi, namun tetap rentan. Pada anjing dewasa, gejala tidak terlihat, namun dapat berkembang pada saluran respirasi atas dan bawah, berkembang bersama ‘kennel cough’.
​
Studi Terkini
​
Studi kasus patologi yang dilakukan oleh pathologist Edwards (2018), menunjukkan bukti nekropsi yang menarik. Studi ini mengoleksi bahan nekropsi sejumlah 2 dari 8 anak anjing yang telah meninggal ke Texas A&M Veterinary Medical Diagnostic Lab (TVMDL).
​
Anak-anak ini diestimasikan berumur dibawah 4 minggu. Dari total anjing tersebut, 6 anak lainnya telah meninggal, sebagian tanpa gejala, dan sebagian hanya hilang nafsu makan, disusul dengan kematian 12-24 jam kemudian. Sehingga, studi ini menyimpulkan tingat mortalitas hingga 75% terhadap anak-anak anjing rentan.
​
Hasil nekropsi menunjukkan hasil kedua anak anjing memiliki lesion yang mirip. Kontras perubahan patologi anatomi adalah multifocal ekimosis hemorrhagik bilateral pada ginjal. Pada satu individu, terlihat hampir seluruh bagian ginjal mengalami pendarahan hebat (Lihat Gambar 1).
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
Gambar 1 Foto lesi ginjal yang mengalami ptechie – ecchymotic, khas Canine Herpes Virus
​
Kedua anak menunjukkan pendarahan ptekie pada hati dan usus, dan satu anak mengalami pneumonia sedang. Secara histopatologi, pada nefritis, hepatitis, dan pneumonia mengalami nekrosis, dengan atau tanpa hemorrhagi dan fibrinous. Badan inklusi intranuklear sangat langka ditemukan (Lihat Gambar 2).
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
Gambar 2 Fotomikrograf menggambarkan nekrosis ginjal (area merah muda di tengah) dan pendarahan. Inset: Badan inklusi intranuklear di ginjal konsisten dengan virus herpes.
​
​
Diagnosis
​
Pertimbangan diagnostik perlu menjadikan Herpes Virus sebagai diferensial diagnostic mayor. Secara kimia darah lab, hepatitis dapat dibingungkan dengan infectious canine hepatitis (ICH), tapi tidak
menyebabkan penebalan, edematus, pada kantung empedu. Selain itu, hasil kimia darah pada ginjal juga membingungkan pada neosporosis atau ICH, juga Distemper.
CHV sangat identik pada kematian neonatal, dan mortalitas neonatal. PCR dapat digunakan untuk meneguhkan diagnosa, karena memiliki spesifisitas dan sensitifitas tinggi, dibandingkan HA, ELISA, dan IFA. Preparat atau isolate sampel didapat secara khusus pada post-mortem, isolasi paru, hati, ginjal, dan limpa secara kultur sel. Histopatologi dengan IFA dapat menunjukkan perubahan mikroskopik jaringan.
Rencana Pengobatan
​
Pengobatan terapi tidak terlalu menguntungkan pada anak anjing dengan infeksi akut-sistemik, dan prognosis pada anak yang bertahan harus dilindungi dan dijaga, karena kerusakan mungkin dapat permanen pada organ limfoid, orak, ginjal, dan hati.
Berikan perawatan intensif, disertai pengaturan suhu ruang (35 C) dan kelembaban 50%, injeksi serum untuk imunisasi pasif per intraperitoneal, terapi supportif diperlukan, dan lesi kulit dengan acyclovir 5% dan lesi mata dengan cidofovir 0.5% dapat
digunakan. Antivirus seperti vidarabine belum seutuhnya terbukti.
​
Pencegahan dan Pengendalian
​
Belum ada vaksinasi tersedia. Mencegah serangan virus pada anak anjing dilakukan selama masa kebuntingan induk trimester akhir, partus, dan tiga minggu awal kehidupan si kecil. Pada masa tersebut sangat kritis bila terpapar virus lingkungan, maka hindari anjing-anjing lain, dan tingkatkan hygiene – sanitasi individu dan lingkungan.
​
​
Editor: Drh Miko Widodo
​
Referensi:
Edward E. 2018. High mortality in a litter of puppies: infection with canine herpesvirus. TVMDL.
Creevy K E. 2013. Overview of canine herpesviral infection. MSD Vet Manual.